Direktur
SDM PT Unilever Indonesia Tbk., sistem pengembangan SDM yang mapan sangat
bermanfaat baik bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Contohnya, semua
anggota dewan direksi Unilever yang dari lokal dan 70% level manajemen Unilever
di bawah direktur adalah berasal dari program management trainee Unilever yang
sudah berjalan selama 20 tahun. Sistem pengembangan SDM yang mapan, papar
Josef, mampu meminimalisasi elemen subjektivitas dalam evaluasi performa
karyawan dan dapat segera mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan performa karyawan. "Kami tidak akan membiarkan karyawan
jeblok terlebih dahulu, baru manajemen ngomong," kata Josef.Peluang bagi
para karyawan di level staf untuk bisa bekerja di perusahaan idamannya tahun
depan? Hasil survei terbaru Danareksa Research Institute (DRI) tentang Indeks
Sentimen Bisnis selama Agustus—September 2005 setidaknya memberikan kabar baik.
Hasil survei itu mengemukakan walaupun umumnya para chief executive officer
(CEO) perusahaan besar bersikap pesimistis terhadap prospek bisnis di Indonesia
sepanjang tahun 2006, mereka tetap yakin bahwa perusahaannya dapat mengatasi
kesulitan ekonomi yang terjadi. Jadi, kendati terjadi peningkatan tekanan
biaya, para CEO itu tetap berencana
menambah jumlah pegawai atau merekrut pegawai baru.
Lingkungan kerja yang kondusif dan
fasilitas kerja yang memadai dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Misalnya, penyediaan fasilitas komputer yang dilengkapi dengan internet,
e-mail, dan intranet membuat aktivitas surat-menyurat internal karyawan Telkom
berjalan paperless.
Fasilitas
itu sekaligus juga merupakan sarana peningkatan kompetensi karyawan.
Hanya saja, yang diperlu
diperhatikan, rencana perekrutan perusahaan-perusahaan idaman itu berbeda-beda.
PT Astra International Tbk., misalnya, lebih mengutamakan mencari kader-kader
profesionalnya dengan cara "jemput bola" ke kampus-kampus perguruan
tinggi. "Bahkan hingga ke universitas-universitas ternama di luar
negeri," ungkap Sri Martono. Sekitar 70%—80% kebutuhan staf di Astra
dipenuhi dengan cara proaktif seperti itu dan sisanya didapat dari proses
normatif seperti dari hasil iklan lowongan kerja di media massa. Lain lagi
rencana perekrutan di PT Unilever Indonesia Tbk. Menurut Josef Bataona, selama
lima tahun terakhir, Unilever Indonesia merekrut karyawan baru level staf
rata-rata sebanyak 30—35 orang. "Yang unik, mulai tahun 2005, kami lebih
mencari talent yang bisa bekerja cepat di level lokal, regional, dan global
dalam tim virtual," ujarnya.
Sementara itu, PT Telkom Tbk. pada
2006 masih menerapkan kebijakan negative growth untuk pertumbuhan jumlah
karyawan. Kebijakan ini juga telah diberlakukan pada 2005 sehingga jumlah
perekrutan Telkom tahun ini hanya sebesar 20% dari yang exit. "Tahun depan
perekrutan difokuskan untuk karyawan baru di bidang teknologi informasi,
teknologi telekomunikasi, dan marketing & business," ujar John Welly. Akan
halnya PT Indosat Tbk., walaupun setiap tahun rata-rata merekrut karyawan tetap
sekitar 100—150 orang, ke depan, kebijakan perekrutannya akan makin lebih
spesifik. Indosat akan lebih banyak memilih merekrut karyawan yang
bersertifikasi yang menunjukkan karyawan itu memang memiliki kompetensi di
bidangnya. "Ke depan, pola ini akan segera kami terapkan," tutur S.
Wimbo S. Hardjito. Jadi, peluang bagi para karyawan untuk bisa bekerja di perusahaan
idaman sebenarnya masih cukup terbuka, cuma mesti mempersiapkan diri sebaik
mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar